Berikut adalah karya tulis yang pernah saya buat. Ini merupakan salah satu bentuk apresiasi saya terhadap Alek Nagari USBM IT Telkom 2012 “Kayuah, Pupuah, Guguah”

BAB I PENDAHULUAN

 1.1  LATAR BELAKANG

Saat ini budaya merantau telah menjamur di seluruh wilayah indonesia. Tapi disayangkan, dari kondisi sekarang  arti dari merantau itu sendiri menjadi salah. Banyak orang dari daerah-daerah terpencil merantau ke pusat kota, sedangkan setelah dia berada di pusat kota, mereka menjadi pengannguran. Hal ini sangat bertentangan dengan arti merantau itu sendiri yaitu mencari penghidupan yang lebih layak. sangat banyak faktor pendorong orang untuk melakukan perantauan tapi tanpa dibekali oleh kemampuan dan pengetahuan. Pada masyarakat Minangkabau, orang yang pergi merantau di negeri orang sangat dihargai, ini menandakan bahwa mereka mempunyai semagat tinggi untuk berjuang mencari nafkah.

1.2  RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang yang telah diuraikan  maka masalah yang akan dibahas:

  1. Apa yang menyebabkan masyarakat Minangkabau merantau?
  2. Apa keuntungan yang Masyarakat Minangkabau dapatkan dari Merantau?

1.3  TUJUAN

Tujuan yang akan didapatkan dari karya tulis ini adalah:

  1. Untuk mengetahui penyebab masyarakat Minangkabau merantau.
  2. Untuk mengetahui keuntungan masyarakat Minangkabau merantau.

 BAB II KERANGKA TEORI

2.1    Pengertian Merantau

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia III, merantau memiliki arti berlayar atau mencari penghidupan di tanah rantau atau pergi ke negeri lain. Sedangkan menurut Wikepedia merantau adalah perginya seseorang dari tempat ia tumbuhbesar ke daerah lainuntuk mencari pekerjaan atau pengalaman.

Dalam budaya Minangkabau, pergi merantau hampir merupakan suatu kewajiban bagi pria yang telah dewasa untuk memperbaiki kondisi finansialnya dan untuk memenuhi tanggung jawab keluarga, karena jika tidak dijalankan, maka si pria akan dijadikan bahan cemoohan oleh masyarakat sekitarnya.

2.2  Penyebab Merantau

Merantau pada masyarakat Minang telah berlangsung sangat lama dan pada saat ini kebiasaan merantau sudah tidak asing lagi . Sebagian orang mengatakan bahwa tradisi merantau ini didasari oleh falsafah Minang alam takambang jadi guru, dimana merantau merupakan kewajiban seseorang lelaki yang telah dewasa karena dia tidak mempunyai hak atas harta keluarga atau harta pusaka (harta pusako). Sehingga pemuda Minang melakukan rantau ke negeri orang untu mencari nafkah dan menghidupi dirinya sendiri. Saat ini sangat banyak faktor yang mendorong  pemuda Minang  merantau, diantaranya adalah:

  1. Faktor Pendidikan

Minangkabau mempunyai falsafah Alam takambang jadi guru yang artinya bahwa apapun yang ada di sekitar alam harus menjadi pelajaran bagi masyarakat Minang. Bertolak dari falsafah tersebut, masyarakat merasakan “haus” dan “lapar” akan ilmu pengetahuan yang ada di sekitarnya sehingga mendorong masyarakat Minang untuk menutut ilmu sejauh mungkin atau juga disebut dengan merantau. Hasil dari perantauan dalam pendidikan ini , sangat banyak tokoh intelektual yang dihasilkan seperti Imam Bonjol, Mohammad Hatta, Sjahrir dan Fahmi Idris. Pada zaman sekarang pun sangat banyak pemuda-pemudi Minang meneruskan pendidikan ke luar Provinsi. Hal ini menandakan bahwa kesadaran masyarakat Minang akan pendidikan sangat tinggi.

Masyarakat Minangkabau mempunyai semangat tinggi untuk mengubah nasib, salah satu cara yang dilakukan adalah dengan menuntut ilmu. Pepatah Minang pernah mengatakan Karatau madang dahulu, babuah babungo alun, marantau bujang dahulu, di rumah paguno balun (lebih baik pergi merantau karena dikampung belum berguna) mengakibatkan pemuda Minang untuk pergi merantau dari masa muda seperti melanjutkan pendidikan.

Masyarakat Minang terkenal sebagai kelompok yang terpelajar, oleh sebab itu banyak dari mereka menyebar di seluruh Indonesia bahkan manca-negara dalam berbagai macam profesi dan keahlian, seperti sebagai politisi, penulis, aktris, ulama, pengajar, jurnalis, dan pedagang Minangkabau merupakan salah satu suku tersukses dengan banyak keberhasilan. Dalam majalah tempo edisi khusus tahun 2000 mencatat bahwa 6 dari 10 tokoh penting Indonesia di abad ke-20 merupakan orang Minang selai itu 3 dari 4 orang pendiri Republik Indonesia adalah putra-putra Minangkabau.

  1. Faktor budaya

Pada masa dulu, masyarakat Minang mempunyai budaya yang sangat kental dimana apabila seorang lelaki yang sudah melampaui masa akil baligh, maka para pemuda tersebut tidak diperbolehkan lagi  tidur di rumah orang tuanya, karena rumah pada saat itu hanya digunakan untuk kaum perempuan dengan suaminya serta anak-anak. Untuk itu banyak para pemuda merantau untuk mencari nafkah sendiri dan menghidupi kehidupannya sendiri. Saat para perantau pulang ke kampung halamannya dengan kondisi sudah sukses, mereka biasanya akan menceritakan pengalaman merantaunya kepada para pemuda kampung, sehingga para pemuda tersebut pun tertarik dengan kehidupan dan kesuksesan para perantau dan hal inilah yang sangat berpengaruh di kalangan masyarakat Minangkabau untuk ikutd dalam mmerantau, karena difikirannya bahwa orang yang merantau akan sukses. Di daerah Minangkabau, jika ada pemuda yang tidak pernah mencobai merantau maka ia akan selalu diperolok-olok oleh teman-temannya yang diperantauan sehingga menyebabkan kaum pria Minang memilih untuk merantau dan hal ini telah membudaya pada masa kini. Sekarangpun, kaum wanita Minangkabau pun juga sudah ikut melakukan  merantau. Hal ini tidak hanya karena alasan ikut suami, tapi juga karena ingin berdagang dan pendidikan.

  1. Faktor ekonomi

Dahulu kala, daerah Minang dipenuhi dengan sawah-sawah dan ladang yang terbentang luas sehingga tidak ada masalah ekonomi dalam menghidupi kebutuhan sehari-hari. Seiring dengan perkembangan zaman, pertumbuhan penduduk di daerah Minang semakin meningkat dan tidak diiringi dengan sumber daya alam yang dapat di olah. Sawah-sawah dan ladang yang dulunya terbentang luas sudah dijadikan perumahan penduduk sehingga menyebabkan krisis di bidang ekonomi . Faktor-faktor  inilah yang mendorong masyarakat Minang pergi merantau untuk mengadu nasib ke negeri orang. Masyarakat Minang beranggapan jika dia bekerja di negeri orang maka dia akan mempunyai semangat dan usaha yang tinggi sehingga dia akan sukses di negeri orang. Untuk kedatangan pertamanya ke tanah rantau, biasanya para perantau menetap terlebih dahulu di rumah dunsanaknya yang lebih dulu merantau. Biasanya para perantau baru ini berprofesi sebagai pedagang kecil seperti, pedagang pakaian, makanan, dll.

2.3 Keuntungan Merantau

Pada saat ini sangat banyak pedagang Minang yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Sebutan “pandai badagang” pun di luncurkan kepada pedagang Minang, karena sebagian besar diantara pedagang Minang adalah orang-orang yang sukses.  Kesuksesan perantau Minang ini juga berpengaruh terhadap pembangunan daerah Minangkabau, karena sangat banyak masukan keuangan yang diterima oleh Pemerintah Daerah Minangkabau. Selain itu, perekonomian masyarakat Minangkabau telah ditopang oleh kemampuan berdagang, terutama untuk mendistribusikan hasil bumi mereka.

Keberhasilan dan kesuksesan orang Minang banyak diraih ketika berada di perantauan. Sejak dulu mereka telah pergi merantau ke berbagai daerah seperti di berbagai daerah Sumatera, Jawa, SUlawesi, Kalimantan, hingga keluar negeri.

Perantau dalam masyarakat Minangkabau ternyata telah menjadi sumber inspirasi bagi para pekerja seni Nasional. Banyak film, novel, dan cerpen yang dihasilkan karena terinspirasi dengan salah satu budaya Minang yaitu merantau . Selain itu objek-objek wisata di daerah Minangkabau pun banyak dipromosikan melalui masyarakat Minang yang merantau.

BAB III KESIMPULAN

Dari kenyataan yang ada pada uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa merantau telah membudaya pada masyarakat Minangkabau dan itu terus berkembang dari masa-ke masa. Faktor pendorong dari merantau ini juga bermacam-macam.